Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam atas segala
limpahan rahmat dan karuniaNya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
nabi Muhammad saw beserta para sahabt keluaraga dan semoga Anda yang membaca
merupakan pengikut beliau yang senantis mengoptimalkan diri untuk menjalankan
sunnah mulia beliau. Amin
Pernahkah kita merasa sangat sensitif akan suatu hal?apalagi
bagi yang akhwat mungkin ketika sedang mengalami PMS (Pre Menstruasi Sindrom).
Duh, terkadang bawaannya emosi. Kesenggol dikit aja, mau marah-marah sambil
ngumpat. Padahal yang nyenggol juga ga sengaja.
Sensitif karena lagi ga punya uang? Dideketin dikit pengen kabur, dikira
suruh bayar patungan makalah atau sejenisnya. Hehehe. Bukan itu tapi yang
dimaksud. Ini sensitifitas karena keimanan. Ya, keimanan. Bukan karena PMS atau
pun hal lain yang melatarbelakanginya tapi cukup satu sensitivitas yang ini,
yaitu karena keimanan.
Bersyukurlah ia yang memiliki sensitivitas terhadap sesuatu
hal-hal yang tidak disukai oleh Allah. Ia bisa merasakan bahwa apa yang
dilakukannya ternyata salah dan segera ia tinggalkan. Itulah sensitivitas
karena keimanan. Jikalau itu ada dalam diri kita, bersyukurlah karena itu
pertanda Allah menyayangi kita. Terlebih semoga Allah mencintai kita. Contoh
sederhana, buang sampah sembarangan. Memang tidak ada ayat yang menjelaskan
“hai orang-orang yang beriman janganlah kamu membuang sampah sembarangan”.
Namun, bukanakah Allah menyenagi keindahan dan mencintai orang-orang yang
senantiasa bersuci dalam hal ini kebersihan termasuk di dalamnya. Sekiranya,
kita akan merasa bersalah ketika kita membuang sampah sembarangan. Bukankah
begitu? Itulah yang dimaksud dengan sensitivitas.
Sensitivitas pun perlu diasah agar Allah pun akhirnya
melahirkan sensitivitas untuk kita. Bashiroh pun menjadi cahaya kita dalam
menentukkan mana yang baik dan buruk. Terkadang banyak orang yang paham tapi
yang buruk pun diseleweng. Banyak orang yang mengerti tapi yang kiri pun
diterobos. Bisa jadi senstivitasnya tidak berjalan. Bisa jadi pahamnya hanya
sekedar “tau” tanpa menjadi pahamnya akan ilmu sebagai cahaya baginya sehingga tidak
lahir baginya ke-sensitivitas-an. Berhati-hatilah ketika kita senang melakukan
“sesuatu” yang ternyata itu tidak disukai olehNya namun kita merasa biasa-biasa
saja seperti tak merasa bersalah.
Hmm, apa ya contohnya. Selain buang sampah. Hmm..apa
yaa..kasih tau dong..hehe. Hmm, baiklah. Ber-dua-an. Ya berduaan disini
maksudnya antara lawan jenis yang belum menjadi mahram. Berduaan disini
maksudnya bukan hanya secara fisik tapi non fisik. Meskipun ketika berduaan
pasti selalu ada yang ketiga, keempat. Selain ketiga nya syaitan. Keempatnya
pasti Allah lah yang melihat yang sedang “berduaan”. Bisa jadi kita ga sadar ni
kalau kita lagi berduaan sama yang bukan seharusnya dan ternyata kita merasakan
itu biasa-biasa saja. Marilah kita pertanyakan senstivitas kita. Kok, kita ga
sensitif sih sama hal yang seperti ini??ada apa yaaa..atau kita suka banget
sama yang namanya band korea, film korea, atau apapun itu selain korea yang
kalau ada tentang band or film yang kita sukai sampe2 kita belain buat mereka.
Belain sampe begadang buat nonton, belain beli tiket berjuta-juta buat nonton
konsernya. Yang ternyata Cuma bisa morotin kita mulai dari fisik sampe hal
keuangan. Bisa jadi kita biasa-biasa aja. Justru merasa senang dengan yang kita
lakukan. Upss, perlu hati-hati. Sensitivitas kita kemana? Jujur saya pernah
melakukan itu, begadang Cuma buat nonton film karena -saking- suka dan ga pengen ketinggalan sama
filmnya. Eh, pas paginya, beneran deh, ngantuk. Ya, salah saya sendiri. Kenapa
nonton film sampe larut malam. Mending diiisi sama tilawah dan qiyamullail. Ini
ya abis nonton film langsung tidur. Astagfirullah. Semoga tidak terulang lagi.
Dan semenjak itu, saya tidak sekali-kalinya ingin nonto film lagi. Takut
sukanya berlebihan gitu.
Terkadang, eh bukan terkadang
tapi seharusnya selera itu perlu loh diminta. Mintalah selera yang baik-baik
sama Allah. Karena selera yang baik InsyaAllah akan mendatangkan kebaikan pula,
bukan Cuma buat kita tapi buat orang2 disekitar kita pula. Boleh suka korea,
boleh suka one direction, boleh juga suka rhoma irama (Kok jadi kesini??) tapi
asal jangan berlebihan. Mohon pada Allah agar mem-baik-kan selera kita. Saya
pun juga masih suka korea dan suka kebarat-baratan. Tapi semoga Allah tak
melalaikan karena kita punya ke-sensitivitas-an. Semua itu hanya sekedar
hiburan dikala penat dengan tugas kuliah -it’s
OK No Problem-
Sensitivitas adalah rahmat Allah
yang akan muncul apabila kita menjalin hubungan yang mesra dengan sang Khalik. Nah,
yuk kita sama-sama mengasah sensitivitas kita karena keimanan. Agar kita pun
dapat mendatangkan cintanya Allah untuk kita. Ini pengingatan pribadi juga
untuk diri saya yang dhoif ini. Karena jikalau Allah sudah mencintai kita, coba
simak hadits berikut:
“....Jika Aku
mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan
sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia
gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan
memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan
melindunginya”. (Hadits ini dirawikan Imam Bukhary dalam kitab shahihnya,
hadits no: 6137
Subhanallah, begitu kita akan dijaga Allah karena Allah telh
menjadi pancaidera kita. Ini merupakan rahmat luar biasa jikalau Allah telah
mencintai kita. Lantas apakah kiranya kita telah mendapatkan cintaNya?
-Semoga bisa jadi bahan perenungan bagi setiap jiwa-jiwa
kita-
Ajarkan saya bila salah, tegurlah, nasihatilah, karena
sejatinya setiap mukmin butuh pengingatan dari saudaranya. Maafkan atas setiap
kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak.
Wallahu alam bishowab
14 Oktober 2012, pukul 22:18 WIB
Citayam, Jawa Barat