Thursday, October 11, 2012

Belajar kepada teman

,
Assalamualaikum wr. wb

sangat berterima kasih atas segala limpahan rahmat dan karuniaMu Rabb atas kehadiran orang-orang yang senantiasa bisa memberikan pembelajaran terhadap pribadi yag masih jauh dari kesempurnaan

ingin meluapkan sejenak tentang mereka yang mengisi, memberi warna, dan sentuhan dalam keimanan.
perbedaan waktu seringkali menjadi hambatan bagi kita untuk berkumpul kembali merangkai kata membangun menara bagai mercusuar yang memberikan arah untuk kapal berlayar yang hendak melabuh.
perbedaan jarak memisahkan jari jemari kita untuk saling berjabat tangan merasakan kehangatan ukhuwah yang dirajut dengan keimanan. semoga engkau berbahagia dengan kehidupan yang semakin membuat masing-masing diri berusaha membahagiakan orang-orang tercinta sebagai bentuk kasih sayang pada mereka. sejatinya hidup ini untuk apa kalau bukan untuk membahagiakan dan menolong orang lain terlebih untuk orang yang teramat kita cintai. semoga kita bisa begitu.

belajar kepada mereka yang memiliki berbagai macam karakter berbeda. semoga kelak dipertemukan kembali karena keimanan tidak saling bermusuhan tapi saling berkasih sayang.

”Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)"

bersama dalam sebuah wadah yang sama kemudian berjuang bersama meski terkadang kerikil pun datang, duri pun menusuk, adalah bagian hidup yang kelak takkan pernah dilupakan. meski pilu harus membersamai kami, haruslah dihadapi dengan keyakinan bahwasannya "setelah kesulitan pasti ada kemudahan". begitulah yang dirasakan. terasa berat menjalani amanah yang diembankan, terasa pesimis akan keberhasilan kedepan. namun dengan kebersaman dan keyakinan bisa ditepis sehingga melahirkan keoptimisan. berbangga memiliki teman-teman yang saling menguatkan. itulah pembelajaran yang pertama.

seringkali pikiran tak sesuai, mulut pun berkata -mungkin- menyakiti atau menyindir dan -mungkin- tak sengaja menjadi perih yang menyayat hati. pahami, bukan untuk menyakiti justru karena mengasihi tapi setiap pikir pasti punya beda dan tak bisa dielakkan perbedaannya. namun, ketika tujuan yang ingin diraih sama, ketika harapan yang ingin dicapai sama, apalah arti itu semua. akhirnya, bisa diredam dan kembali dalam ikatan simpul kebersamaan. menungging senyum keihlasan itulah kebahagiaan. berbahagia memiliki teman-teman yang saling mengingatkan. itulah pembelajaran yang kedua.

Allah, menyendiri itu kadang menyenangkan. bagaimana tidak? bisa terlepas dari beban yang bertengger tak kunjung usai di kedua pundak. Allah, tak punya pulsa pun terkadang menyenangkan. bagaimana tidak? bisa terlepas membalas pesan-pesan yang isinya pekerjaan. tapi, ternyata salah. dengan menyendiri mungkin bisa berpikir sejenak dan rehat sejenak. namun, bukan untuk berlama-lama karena toh beban takkan hilang kalau tak "diusir" dengan usaha. tak membalas pesan? ujungnya bisa jadi kemudharatan. memohn maaf kepada teman yg pesannya tak kunjung dibalas. keegoisan menjadi balutan pribadi yang malas. astagfirullah. padahal mereka yang disana berjuang keras, kita yang cuma sekedar konfirmasi saja malas-malasan. tapi apakah mereka gusar dengan menunjukkan wajah kemasaman? tidak. paling-paling hanya menegur santai "woi, bales sms dong.." sambil melebarkan senyum yang semakin menambah manisnya wajah mereka karena keimanan. itulah pembelajaran yang ketiga.

pasti setuju dengan yang satu ini. keberagaman memberi warna. ada yang galak, dari yang serem sampe kalem, kekanak-kanakan, keibuan, kebapakan, dan lain-lain. ya, begitulah mereka, memang beragam. lantas apakah yang galak lebih buruk dari kalem? atau keibuan/kebapakan lebih baik dari yang kekanak-kanakan? tidak! sama sekali tidak. mereka saling melengkapi dengan sifatnya. perlu ada yang "galau" sebagai penghangat suasana. perlu ada yang "serius" sebagai pemandu jalan. perlu ada yang "galak" sebagai penegas kata. perlu ada yang "kalem" sebagai pengikut setia. perlu ada yang "ini dan perlu ada yang "itu". semuanya serba perlu. asal masih dalam takaran keseimbangan. dan keberagaman semakin memberi warna. itulah pembelajaran yang keempat.

sungguh banyak belajar dari teman. karena pembelajaran ini tak hanya sampai kepada yang keempat. masih banyak lagi, kelima, keenam, ketujuh, dst. karena keimananlah kita dipertemukan. semoga kalaupun berpisah itu pula karena keimanan. semoga Allah senantiasa mengokohkan langkah kaki kita dalam perjuangan dakwah, mengeratkan ukhuwah kita, mengekalkan cinta kita, hingga kelak dipertemukan dengan JannahNya.

Tulisan ini dibuat karena merindu bersama dengan orang-orang shalih seperti teman-teman :)

FPPI 2012, Satukan langkah Eratkan Ukhuwah. Allahu Akbar!
 

Perpus Pusat UI
Depok, Jawa Barat 

0 comments to “Belajar kepada teman”

Post a Comment

 

Simplicity Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates